Walk-In Interview

Dibutuhkan Segera:
Pria rupawan pemikat hati

Persyaratan:
Berpenampilan baik
Bibit, bebet dan bobot terjamin
Usia antara 25 – 35 tahun
Berselera humor tinggi
Pandai menjawab pertanyaan orang tua
Tidak bernama belakang aneh seperti ‘Garpu’, ‘Sendok’, dan lain-lain
Tidak alergi dengan segala jenis makanan awetan siap saji
Tidak mendengkur di malam hari
Tidak berbau badan serta bau-bau lain
Kepribadian menarik lebih diutamakan

Kirimkan CV Anda beserta KTP/SIM/tanda pengenal lain, ijazah terakhir, surat keterangan berkelakuan baik, dan surat tanda sehat ke: caripacarkilat@jmail.com, selambat-lambatnya 25 Januari 2009.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi (jam kerja):
0817-SOUL-MATE


UPDATE 26 Januari 2009:

Wawancara ditutup karena sudah melampaui tenggat waktu. Hasilnya? Ada deeeh ;-P

*Hey, Jeng. Makasih buat ‘ide’nya! Maap nggak mencantumkan link secara spesifik, males nyarinya, hehehe 😉

Joker


Sebut saya ketinggalan jaman karena baru menonton ‘The Dark Knight’ saat orang-orang sudah hafal ceritanya dan mengoleksi DVD bajakannya.

Sebut saya aneh karena meski Batman dicanangkan sebagai tokoh utama, buat saya Joker adalah juaranya. Lepas dari ia diperankan seorang aktor yang mati overdosis sebelum sempat menyaksikan penampilan terbaiknya diputar di bioskop. Lepas dari kejeniusan Christopher Nolan. Dan lepas dari betapa kurang gantengnya si pemeran Bruce Wayne.

Sebut saya anomali karena menganggap Joker lebih dari sekadar penjahat psikopat di film-film superhero made-in Hollywood, yang membuat saya berhenti menonton Superman dan Spiderman sejak lama. Joker lebih dari itu. Dia penjahat yang pantas diacungi dua jempol. Empat, dengan jempol kaki.

Sebut saya sinting, karena seandainya Joker betul-betul ada di kehidupan nyata, saya akan menjabat tangannya erat-erat sambil bilang, “Senang bertemu Anda,” meski sehabis itu saya terkencing-kencing di celana dan mimpi buruk selama seminggu.

Sebut saya gila, karena berjam-jam setelah film itu usai, kalimat-kalimat Joker tidak sudi lepas dari otak saya, dan entah bagaimana, buat saya sekarang, dialah pahlawannya.

Semacam Agak Kelewatan

Yayaya, saya juga suka males ngembaliin barang yang nggak jadi dibeli ke raknya. Apalagi kalau di supermarket besar dan udah terlanjur jalan jauh, paling enak memang asal taruh… toh nanti juga ada karyawan yang menemukan dan mengembalikan ke tempat semula.

Tapiii, seasal-asalnya, mbok yaooo…..

;-D

Mendengarkan Orang Pintar

Percakapan (tidak) bermutu siang ini, dengan seseorang jelas ya, bukan hewan pemamah pisang, ketika membahas sebuah kasus dilematis yang meresahkan jiwa-raga:



+ “Gimana yah… gue bingung. Kata orang pinter gue harus begitu, gak bisa nggak.”

– “Yah bow, itu kan ‘cuma’ kata orang pinter, gak usah terlalu dipusingin.”

+ “Tapi ini tentang masa depan euy.”

– “Justru itu. Kalo udah nyangkut masa depan, gue mah mending dengerin rasio, pake logika, berdoa sama Tuhan, daripada dengerin orang pinter.”

+ “Yah… kalo gitu bilang Tuhan lo deh biar nolongin gue.”

– “Ih, sembarangan.”

+ “Abis gue capek kayak gini mulu!”

– “Seriously neng, elo dikit-dikit ke orang pinter, apa-apa orang pinter, tapi dari dulu juga nggak terlalu nolong, kan?”

+ “Yah… iya sih.”

– “Nah.”

+ “…sebenernya gue juga gak terlalu gimana-gimana sih, sama orang pinter…”

– “Nah.. prioritasin aja apa yang ada di depan elo, kerjain apa yang lo bisa kerjain. Omongan orang pinter mah urusan belakangan.”

+ “… yang gue tau, orang pinter minum Tolak Angin.”

– “…..”