Merah, Kuning, Hijau

Tombol-tombol itu jaraknya aku dan kamu.

Mestinya mudah saja bagiku. Namun sedari tadi aku urung memilih dan hanya berganti-ganti tak tentu arah tanpa sanggup menentukan. Seharusnya tak begini. Baru kali ini aku tak tahu apa yang kumau.

Merah untuk berhenti. Kuning untuk persneling. Hijau untuk melaju. Tombol itu cuma ada tiga namun jariku seperti tak bernyawa.

Kamu sudah di antara kuning dan hijau,” katamu.

Dan kamu benar. Kendati otakku akhirnya memilih merah.

Aku bahkan tak tahu mengapa.

Mungkin karena bagimu cinta bisa dua, tiga, bahkan lebih. Bagiku? Entahlah. Dua, tiga, bahkan lebih sudah kucicipi. Barangkali kini aku menginginkan satu.

Mungkin aku takut kamu akan pergi setelah mendapatkan yang kamu mau.

Mungkin aku tak siap menjadi seperti mereka yang terlanjur terikat, patah dan merana karena menjadi yang kedua, ketiga, bahkan lebih.

Mungkin aku belum rela mengulangi kesalahan yang sama; mempercayai dan menjadi bodoh.

Atau aku mulai menyayangimu dan tak siap membagimu dengan yang lain.

Yang kutahu kamu datang dengan sederhana. Dan aku ingin melepasmu dengan sederhana.

Я буду скучать по тебе, R. 🙂

—–

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *